Setiap kali berada dalam lingkungan baru, orang - orang selalu berpikir bahwa saya pendiam, kalem dan anteng.
Mungkin karena bawaan wajah saya (yang kata orang, kalem)
Padahal saya tidak sedemikian pendiam, kalem dan anteng nya.
Kalau sudah kenal, mungkin kalian akan berpikir. Salah nih nilai kamu, ternyata orang nya begini.
(Hehe maafin)
But, lets talk about the "anger"
Kalau ditanya soal marah sama orang lain.
Kalau pertanyaannya seperti judul diatas, jawaban saya mungkin akan sangat ringan.
"Kenapa harus marah?"
Pada dasarnya, saya sangat menghindari mengeluarkan atau melampiaskan kekecewaan, ketidaksukaan atau pun ketidakcocokan pada orang-orang yang saya baru saja kenal.
Bukan pencitraan, tapi saya berpikir. Buat apa harus marah? Itu tidak akan membuat mereka mengerti.
Cukup ajari mereka bagaimana caranya.
Mereka pasti akan mengerti dengan sendirinya.
Lalu mengapa saya kesulitan melakukan hal yang sama pada orang-orang yang dekat atau terdekat.
Jujur saya pun ingin bisa menerapkan hal yang sama kepada setiap orang, dan setelah saya pelajari (saya mempelajari diri sendiri)
Saya merasa nyaman dengan orang - orang yang berada didekat saya.
Sehingga kenyamanan ini kadang melenakan
Saya berpikir bahwa merekanyang dekat dengan saya, dan mengenal saya dengan baik. Pasti bisa menjaga perasaan saya
Dan tau bagaimana harus berbuat.
Sehingga saya tidak perlu mengajari mereka lagi.
Karna jauh sebelum kami sedekat ini, kami pernah "baru bertemu" dan "baru saling mengenal."
Dan kemudian sampai pada posisi "kenyamanan"
Atau
Setiap orang pasti memiliki batas kesabarannya masing-masing.
1,2,3 kali..
Mungkin saya masih dapat memaklumi. Sebuah kesalahan
Atau berbagai macam kesalahan
Tapi jika terlalu sering dilakukan?
Maka saya tetap lah manusia biasa..
Yang bisa merasa kecewa dan terluka.
Mungkin bagi kalian yang tidak pernah melihat bagaimana saya saat marah akan terkejut.
Dan berpikir "ternyata kamu bisa marah ya"
"Ternyata kamu kalau marah serem ya"
Yang saya ingin tekan kan disini, sebagaimana pun kuatnya kamu. Pasti memiliko kelemahan juga.
Disakiti, saya bukan tidak sanggup.
Tapi jika harus berkelanjutan. Maaf, saya harus melindungi diri saya.
Jika suatu hari saya bisa lembut.
Kemudian berubah menjadi kasar.
Coba periksa apa yang telah terjadi diantara kita.
Mungkin saja, ada hal-hal yang terlalu.
Yang tidak dapat lagi di toleransi :)
No comments:
Post a Comment